Nasihat terhadap pencabulan: 1 kor 6:12-20, tentang
perkawinan 1 kor 7:1-16
“Pokoknya
aku minta cerai,….!” Atau “ Aku akan menceraikanmu, menyesal aku menikah
denganmu…….!”. Saudara-saudara yang dikasihi Kristus, pernahkah atau mungkin
pernah saudara mendengar kata-kata diatas?, atau jangan-jangan kita sendiri
pernah mengungkapkan kata ini?. Baik suami, istri porsinya sama saja, pasti
pernah melontarkan kata-kata ini. Kalau diagama teman kita yang muslim, kalau
sudah keluarkan kalimat seperti itu maka
hukumnya sudah talak atau sama saja sudah bercerai dan tinggal dikukuhkan
dipengadilan agama saja. Tapi syukurlah bagi kita orang Kristen tidak demikian
adanya sehingga kita masih ada kesempatan untuk memperbaiki keadaan dan tak
sampai kehilangan orang yang kita cintai yakni pasangan kita. Namun walaupun
bukan begitu yang pasti kalimat seperti
ini gak boleh sembarangan diucapkan karena selain tak pantas juga gak enak didengar sama tetangga. Kalau demikian jika nanti
ada masalah dan selisih paham sebaiknya jangan sampai minta cerai, sesekali minta yang lainlah. Misalnya
minta uang, minta kue, minta mobil dll,
ha…ha….
Ok…,
sekarang kita bicara tentang perceraian dari sudut pandang orang Kristen biar
gak salah langkah dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Agar rumah tangga yang
kita bina sejalan dengan apa yang dinginkan oleh Tuhan kita Yesus Kristus.
Saya
selalu ingatkan istri saya agar tidak selalu menonton acara sinetron dan
infotainment, karena gak baik banget. Gak baiknya karena menurut saya banyak
perilaku buruk yang disuguhkan oleh sinetron dan infotainment. Mulai dari
pertengkaran dalam rumah tangga sampai perceraian sehingga perceraian dan
pertengkaran itu dianggap biasa dan lajim untuk dilakukan. Ini pikiran-pikiran
orang yang tidak mengenal kristus, pikiran-pikiran yang tidak pernah baca firman
dalam alkitab jadi gak tahu hukum surgawi yang sebenarnya. Padahal kalau
dipikir-pikir, Allah Bapa sudah bersusah-susah turun kedunia sampai rela turun
tahta, sampai rela turun derajat dengan melepaskan status keTuhanannya untuk menjadi
manusia, sampai mati lagi untuk mengabarkan kabar suka cita, kabar surgawi yang
tertuang dalam alkitab tapi kita manusia terlalu sibuk ngurusi urusan dunia
sampai lupa urusan surgawi. Lihat kabar sinetron, artis idola pada
berlomba-lomba kawin cerai. Hari ini kawin, beberapa waktu kemudian cerai.
Terus kawin lagi lalu cerai lagi. Nah ini yang tidak disadari para pelaku
infotainment kalau mereka itu publick figure yang segala pola tingkah laku
mereka dilihat berjuta-juta mata dan bahkan diikuti para fans fanatiknya.
Akhirnya perceraianpun menjadi hal yang biasa. Hmmmm……
Aneh
memang, unik lagi, dan terkadang lucu kalau lihat dan alami dinamika emosional
dalam keluarga. Tiap saat sepertinya ada masalah, semua bisa jadi sumber
penyebab masalah. Mulai dari masalah ekonomi, masalah anak-anak dan tak jarang
masalah titisan dari keluarga lain diteruskan dalam keluarga kita. Artinya
orang lain yang bermasalah eh kita
ikut-ikutan jadi bertengkar dalam keluarga. Masalahnya dari sebesar upil sampai
segede dinosaurus bisa jadi penyebab pertengkaran dalam rumah tangga. Lucunya
lagi, awalnya sih bicara biasa, eh tau-tau jadi tengkar hebat. ha….ha. ini
realitanya pertengkaran yang membuat iblis tertawa riang karena sukses memporak
porandakan kasih yang ada dalam diri dan rumahtangga kita. Pertama-tama saling
ledek, saling ejek, kemudian naik kegrade (tingkatan) yang lebih tinggi
diatasnya yaitu saling memaki dan mencaci, saling bentak dengan nada sol=Do,
lalu lebih jauh laki saling pukul dan akhirnya ya keluarlah kata sakti sang
iblis yaitu, cerai……!
Manusia
bercerai sungguh banyak alasan yang dapat dijadikan untuk bercerai. Tapi apapun
itu pasti ujung-ujungnya alasan akhirnya adalah karena sudah tidak ada
kecocokan. Mari kita cermati lagi tentang realitas pernikahanan:
1. Orang
menikah karena sudah ada kecocokan, sedikit banyaknya karena cocok, sebab kalau
tidak cocok pasti tidak menikah. Jadi ada cocok ada pernikahan, tidak ada cocok
ya tidak ada pernikahan. Jadi gak benar kalau orang mau cerai karena tidak
cocok.
2. Menikah
itu tidaklah dibangun karena satu alasan saja dan ini harus diketahui oleh
semua orang yang akan menikah bahwa banyak alasan yang dapat dijadikan ketika
memutuskan untuk menikah. Jadi masing-masing orang harus memikirkan ulang kalau
mau bercerai karena biasanya orang ambil keputusan bercerai karena satu alasan
atau beberapa alasan saja.
3. Menikah
itu pada prinsipnya adalah menyatukan dua orang yang berbeda menjadi satu dalam
rumah tangga. Jadi karena menyatukan dua orang makanya sering beda pendapat,
sering gak nyambung karena realitasnya demikian. Nah ini harus wajib diketahui
oleh orang yang berumah tangga bia masing-masing tidak egois karena egois ini
adalah akar masalah yang kedua yang menyebabkan pertengkaran dalam rumah
tangga. Ya intinya harus ada yang lapang dadalah harus ada yang mengalahlah.
4. Biasanya
diawal - awal pernikahan banyak dan sering muncul percekcokan. Namanya nyatuin
hati, nyatuin dua orang yang berbeda jadi harus sabar hingga tiba saatnya
semuanya jadi satu. Satu hati maksudnya. Jadi hati-hati disininya kalaupun
terjadi jangan sampai gelontorin kata cerai.
5.
Kemudian
suami dan istri harus sadar akan tugas masing-masing seperti yang Tuhan katakan
dalam efesus 5 : 22 :22Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 28Demikian
juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri
1 Petrus 3:1,2,7 :Demikian
juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di
antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan
dimenangkan oleh kelakuan isterinya, 2jika
mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. 7Demikian
juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang
lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu
kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
Sekarang apa yang ditakutkan
dengan Perceraian….?, jawabnya adalah “Perzinahan”, perzinahan hanya akan
memateraikan kita pada alam maut yaitu neraka yang menyala-nyala. Lagipula kita
hanya diijinkan menikah satu kali seumur hidup kita kecuali dipisahkan oleh
kematian/maut dan oleh perzinahan, inilah realitas tentang perceraian:
- Sebenarnya
Tuhan tidak mengijinkan untuk bercerai seperti yang terdapat dalam Nats
alkitab dalam matius 19:5-6 :
Sebab
itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan
manusia.”
- Lalu karena ketegaran hati
manusia melalui nabi Musa maka manusia bisa bercerai tapi tidak bisa
menikah/kawin lagi karena firman Tuhan berkata dalam Matius 19: 9: Tetapi
Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena
zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.”
Artinya
boleh cerai tapi tak bisa menikah lagi karena itu namanya berjinah jadi kalau
sudah cerai sebaiknya hidup sendiri dan lebih baik menjalankan firman Tuhan
atau sebagai pengembala saja. Bisa cerai juga kalau penyebabnya adalah kalau
salah satunya berzinah maka salah satunya bisa menggugat cerai. Dan yang dihianati
bisa menikah dan yang berzinah sebaiknya bertobat dan jangan menikah lagi
karena itu zinah. Bisa menikah kalau salah satunya koit.
Lantas
bagaimana mengatasi perzinahan yang disebabkan jika kita sudah terlanjur
bercerai dan menikah lagi?. Bertaubatlah…..sisuami
atau sisitri yang menikah lagi tersebut harus kembali kepada keadaan sebelum dia
menikah lagi karena firman Tuhan jelas mengatakan bahwa jika salah satunya
menikah lagi berarti dia berjinah atas istri atau suaminya itu (Matius 19:9
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena
zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah). Jadi untuk
menghindari perzinahan siistri atau sisuami yang berasal dari perceraian dan
terlanjur menikah lagi maka sisuami atau istri tersebut harus berpisah dan
kembali keeadaannya semula yaitu sendiri dan lebih baik melayani Tuhan.
Bagaimana jika dari hasil perzinahannya /pernikahan keduanya itu dia memperoleh
anak atau keturunan?, apakah anak tersebut adalah sah dimata Tuhan? Atau apakah
anak tersebut adalah anak-anak terang atau sesat?. Anak yang terlahir dari hasil perzinahan tetap sah dimata Tuhan
karena masing-masing atau individu manusia yang akan mempertanggungjawabkan
perbuatannya dihadapan Tuhan. Anak-anak yang terlahir baik dari pernikahan yang
direstui Tuhan (tidak dari perzinahan) maupun hasil dari suatu perzinahan
adalah anak-anak Tuhan bukan anak-anak tersebut yang berbuat dosa jadi mereka
tidak bersalah dalam hal ini tetapi orang tuanyalah yang berdosa.
Nasehat
untuk pernikahan:
- Karena cinta merupakan landasan
pernikahan maka biarlah pasangan menyelesaikan permasalahan dengan cinta
pula.
- Hendaklah masing-masing dalam
pasangan menyadari tugas dan tanggungjawabnya masing-masing sebagai bagian
dari kodrat yang telah ditentukan oleh Sang Pencipta.
Hendaklah
laki-laki menjadi laki-laki dengan tugas dan tangung jawabnya hendaklah
perempuan menjadi perempuan sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya pula. Jika
masing-masing pasangan menyadari ini pasti akan dapat mengatasi setiap
persoalan dalam rumah tangga. Jangan saling menyalahkan, saling melempar tanggungjawab.
Tugas suami bertanggungjawab dalam ekonomi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga. Sedang tugas isrtri mengurus suami dan anak-anak. Jangan
menyerobot tugas dan tanggungjawab pasangan kita. Misalnya pada kaum ibu atau
istri (ini lajim ditemui) jangan merajai suami sehinga tidak lagi menjalankan
kodrat penciptannya dengan benar. Ini juga ada efek dari emansipasi yang
digembar gemborkan kaum hawa sehingga kebablasan. Jaga anak, suami. masak, cuci
baju, suami. nah dianya sendiri kerjaannya nonton sinetron dan gossip para
artis. Ingatlah bahwa perempuan
diciptakan untuk menolong laki-laki bukan untuk menguasainya. Dalam kejadian
2:20-23 dikatakan:
20Manusia
itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada
segala binatang hutan, tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong
yang sepadan dengan dia.21Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur
nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya,
lalu menutup tempat itu dengan daging.22Dan dari rusuk yang diambil
TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
dibawa-Nya kepada manusia itu.23Lalu berkatalah manusia itu: “Inilah
dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan,
sebab ia diambil dari laki-laki.” Dan
nasehat buat para ibu/istri seperti yang terdapat dalam efesus 5 : 22-24:
22Hai
isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan,23karena suami
adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang
menyelamatkan tubuh.24Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada
Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu.
Dan
dalam 1 petrus 3:1- 6:
Demikian juga kamu, hai isteri-isteri,
tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat
kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,2jika
mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.3Perhiasanmu
janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai
perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah,4tetapi
perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak
binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat
berharga di mata Allah.5Sebab demikianlah caranya
perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang
menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya,6sama
seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya,
jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.
Seperti
nasehat Tuhan untuk para suami dalam efesus 5 : 25-30:
25Hai
suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah
menyerahkan diri-Nya baginya26untuk menguduskannya, sesudah Ia
menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,27supaya
dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang
tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan
tidak bercela. 28Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama
seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya
sendiri.29Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi
mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,30karena
kita adalah anggota tubuh-Nya.
Dan
juga dalam 1 petrus 7:
7Demikian
juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum
yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia,
yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang.
“Kegalauan hati memang seringkali melengkapi duka
yang kita alami, namun seharusnya keindahan cinta mampu memberi penyejuk bagi yang
bahtera cintanya porak poranda didera badai masalah sehingga dua hati yang dulunya
seia sekata kini berkeinginan kuat tuk berpisah . Dua hati yang dulu memiliki
segalanya bersama kini ingin memilikinya sendiri-sendiri . Apa yang ada
dibenakmu wahai sang pencinta dan dimana keagungan cintamu yang dulu malah kini
berbalik menyalahkan dan ingin berpisah. Redamlah amarahmu, tekanlah egomu
karena tiada yang patut dipersalahkan hanya hati yang tak mampu saling menerima
kekurangan. Tiada yang salah tiada pula yang benar, keduanya benar dan keduanya
pula salah. Mengapa berdusta dan mencoba berdalih jika hati sadar bahwa lidah
yang kini kau gunakan berujar benci dan caci maki adalah lidah yang sama saat
berujar cinta dan janji abadi. Wahai yang hatinya sedang bimbang teguhkanlah
imanmu bahwa pernikahan bukanlah keinginan hatimu semata, bahwa semua itu adalah
penggenapan takdir tuk hidup bersama selamanya tanpa ada kata berpisah. Sbab
Tuhan yang berkeinginan mempersatukanmu masih Tuhan yang sama yang berkehendak
menolak keinginan perceraianmu. Damaikan hati dan surutkan emosimu niscaya
cinta kan bersemi sebab musim gugurmu tlah usai . Tiada yang abadi, tak
satupun. Semua silih berganti. Tak selamanya hujan dan tak selamanya pula terik
menerpa, semua pasti berganti semua pasti berlalu. Jika hati mau sedikit bersabar, dibalik badai
ada ketenangan, dibalik hujan ada pelangi bersiap untuk memberi warna terindah
dalam hidup. Jalani takdir sembari bersabar dan tetap mohon kekuatan Ilahi.
Badai pasti berlalu…….., pasti……. “.
~Edison
Siringoringo ~