Syalom
saudaraku dalam Tuhan kita Yesus Kristus yang oleh pengorbanannya kita telah
terbebas dari alam maut dan hidup dalam kasih karunia.
Hidup
kita bukanlah hanya sekedar menjalani hidup tanpa tujuan yang sebenarnya bahwa
hidup kita ini akan berakhir sebab daging tidaklah abadi hanya roh yang abadi.
Untuk hidup abadi banyak hal yang harus kita penuhi agar layak masuk kedalam
kekekalan yang sebenarnya
yakni hidup bersama-sama dengan Allah Bapa, Yesus Kristus dalam surga yang
telah disiapkan bagi mereka yang berkenan dan layak masuk kesana. Tidak ada
yang percuma bagi Tuhan, semua ada maknanya, semua yang kita lakukan tidak
aklan berakhir sia-sia. Doa yang kita haturkan, pengharapan yang kita sampaikan
kepada Allah kita tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mendengarnya, Tuhan
mengetahuinya dan percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan doa itu, pengharapan kita
itu terucap dengan sia-sia. Suatu saat dengan waktu dan pertimbangan Tuhan
pasti doamu akan terjawab, pasti harapanmu akan terkabul. Kita hanya cukup
percaya dan bersabar.......
Hidup
kita ini bukanlah melulu hanya menjalankan kegiatan duniawi kita. Seandainya
kita sadar bahwa semua ini hanya ujian. Daging tidaklah kekal atau abadi hanya
roh yang ada dalam diri kita saja yang kekal. Kita telah jatuh dalam dosa sejak
Adam melanggar perintah
Allah, sejak manusia pertama kehilangan kemuliaannya oleh hanya karena ketidaksetiannya terhadap
perintah Allah. Manusia Adam
telah kehilangan simpati dari Allah namun kasih Allah tetap sama dulu, sekarang
dan yang akan datang. Karena kasihNyalah kita masih ada sampai saat ini, karena
kasihNyalah kita memperoleh kasih karunia melalui Allah yang ada dalam diri
Tuhan Yesus. Saudaraku yang terkasih dalam Kristus Yesus, Allah ingin agar kita
kembali ke-Eden ciptaannya yang dulu dihuni oleh manusia Adam karena itu dia
rela mati, dia rela meninggalkan keTuhananNya hanya untuk mengembalikan kita kedalam Firdaus atau Eden
yang telah Dia siapkan untuk semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Secara
mutlak untuk mendapatkan keselamatan haruslah menerima Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juru selamat serta percaya bahwa Dia telah mati dan bangkit serta
naik kesurga kepangkuan Bapa disurga. Tuhan Yesus berkata: “ Akulah jalan,
kebenaran, dan hidup tidak ada yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”. Banyak orang yang tidak
memahami arti kembali kepangkuan Bapa disurga yang seolah-olah bahwa Tuhan itu
telah kehilangan keEsaanNya. Seolah-olah Tuhan orang kristen lebih dari satu
padahal yang sebenarnya adalah Ia kembali dari kodratnya sebagai manusia ke-hakekat
Allah sebagai Tuhan. Tak cukup hanya menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru
selamat, masih ada hal yang penting untuk dipahami bahwa tugas selanjutnya
adalah menjalankan seluruh perintah atau ajaran yang telah disampaikan oleh
Tuhan Yesus selama Dia menjadi manusia
sebagai ucapan syukur kita atas penebusan yang Tuhan Allah berikan melalui
kematianNya. Perintah
itu juga mengandung upah bagi pelakunya. Upah
yang dimaksud dalam hal ini bukanlah upah surga atau neraka, bukan itu, tetapi
upah yang akan kita terima disurga nanti. Jangan ragu saudaraku, ketika kita
percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan yang sebenarnya maka saat itu juga
nama kita telah tercatat sebagai penghuni surga, tercatat sebagai warga
masyarakat surga. Lagipula Tuhan memberikan segalanya atas kehendakNya dengan
percuma termasuk orang-orang yang akan menerima kasih karunia dariNya.
Upah
tersebut akan diberikan saat kita masih didunia ini yaitu berupa berkat yang
melimpah dari Allah Bapa agar kita tidak mengalami kekurangan saat hidup
didunia pada masa pencobaan ini. Dan upah yang lain yang akan diterima oleh
anak-anak Allah adalah upah SURGAWI. Upah sendiri berarti suatu imbalan yang
diterima setelah melakukan suatu kegiatan baik yang bersifat barang (spt uang,
benda lain), maupun jasa (spt ucapan terimakasih, atau pujian). Besarnya upah
sendiri berbeda-beda sesuai dengan bentuk pekerjaan yang dilakukan, banyaknya
pekerjaan yang dilakukan (Kwantitas), beratnya pekerjaan yang dilakukan (bersifat
Kwalitas), lamanya pekerjaan yang dilakukan (Intensitas). Semakin banyak, berat
dan lama pekerjaan itu dilakukan maka semakin besar upah yang didapatkan. Dalam
istilah bisnis, semakin besar resiko dalam pekerjaan maka semakin besar pula
upah yang akan diterima. Namun tidaklah se-ekstrim demikan pada
pekerjaan-pekerjaan dalam perintah Tuhan. Dalam menjalankan perintah Tuhan
disadarkan bahwa semua yang kita lakukan ada upahnya dari Allah Bapa kita.
Adapun jenis-jenis upah yang kita
peroleh dari perbuatan kita adalah:
1.
Upah dari manusia berupa balasan
perbuatan dan juga bentuk pujian
2.
Upah dari Allah
a.
Upah limpahan berkat selama
kita hidup didunia
b.
Upah surgawi (masuk surga)
Didalam
injil Matius hal ini jelas dikatakan bahwa semua perbuatan kita ada
konsekwensinya yaitu berupa upah.
Baiklah
saya akan mencoba untuk bersama-sama kita
pahami tentang kesimpulan dari injil Matius pasal 6 yang telah
saya paparkan diatas dan bagaimana hubungannya terhadap perilaku realitas kita didunia
ini.
1.
Bahwa perbuatan yang
dimaksudkan untuk mendapatkan upah kita lebih
fokus kepada kegiatan menjalankan kewajiban agama seperti: memberi sedekah, berdoa, berpuasa, dan
mengampuni sesama. Coba
kita pikirkan atau jelasnya kita ingat kembali atau flashback tentang perilaku
kita yang menurut injil matius sangat bertentangan dengan perintah Tuhan. Coba
kita ingat-ingat pernahkan kita menjalankan kegiatan menjalankan kewajiban
agama kita seperti ini berdoa
teriak-teriak didepan orang banyak bukan pada tempatnya, berdoa dirumah makan,
diwarung bakso dan tempat makan lainnya, acara
ibadah rumah tangga dimana pemilik rumah sengaja membuat acara dengan makanan
mewah agar dilihat dan dipuji orang. Tak dapat dipungkiri bahwa secara
harfiah atau mendasar semua itu kita lakukan hanya untuk menonjolkan diri dan
berupaya menarik perhatian orang lain dengan harapan mendapatkan pujian. Hidup
ini tidak melulu bicara soal duniawi dan ini yang sering kita lupakan bahwa
masih ada soal rohani yang perlu kita benahi. Seperti yang saya singgung diatas
bahwa segala tindakan kita ada konsekwensinya, kita bicara soal sebab akibat. Kita juga secara
tidak langsung, secara tidak sadar berbuat dengan memikirkan sebab akibat,
untung rugi, salah atau benar tindakan itu dilakukan. Hanya saja Tuhan Yesus
telah mengingatkan kita bahwa untuk mendapatkan upah rohanimu hendaknya kamu
belum mendapatkan upah apa-apa dari duniawimu. Jika kita sudah mendapatkan
balasan berupa pujian atau lainnya maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa
dari Tuhan atas kebaikan yang kita lakukan tersebut karna kita sudah mendapatkan upah berupa pujian dari sesama
kita manusia.
Inilah faktanya seperti dalam
injil matius pasal 6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu
di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika
demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Jadi
jika ingin mendapatkan upah dari Tuhan Yesus maka sebaiknya kita tidak
mengharapakan upah apa-apa dari dunia ini. Berbuatlah agar kita tidak
mendapatkan upah dari manusia tetapi berusahalah untuk dunia tidak mengetahui
perbuatan baik kita agar kita mendapatkan upah dari Allah Bapa kita disurga.
a.
Memberi sedekah
Maksud
dari kata memberi sedekah adalah memberi sesuatu kepunyaan kita atau yang kita
miliki untuk orang lain langsung kepada yang membutuhkan atau melalui organisasi
atau badan yang akan menyalurkan pemberian kita tersebut kepada orang yang
membutuhkan seperti persembahan digereja, perpuluhan kita kepada Tuhan melalui
gereja, atau sumbangan kebadan-badan sosial seperti panti asuhan, jompo dll.
Sebenarnya
inti sedekah adalah pemberian yang dilakukan atas dasar ucapan syukur kepada
Tuhan atas berkat yang diberikan kepada kita dan dorongan kasih kepada sesama
yang membutuhkan dengan niat yang tulus dan ikhlas kita memberi dari kepunyaan
kita kepada orang lain.
Coba
kita ingat-ingat pernahkan kita berbuat seperti ini:
- Memberi
sedekah pada pengemis dipinggir jalan, didepan gereja
- Memberi
persembahan digereja dengan memperlihatkan jumlah nominalnya agar dilihat orang
- Memberi
persepuluhan dengan menuliskan nama pribadi atau keluarga kita pada amplop
pembungkusnya agar nama dan jumlah nominal uang yang kita perpuluhkan diumumkan keras-keras pada minggu
berikutnya?.
- Memberi
sumbangan bagi panti asuhan atau janda-janda atau usia lanjut dengan menulis
besar-besar nama kita atau keluarga kita diamplop pembungkusnya atau bahkan
membuat acara agar dilihat dan diketahui orang-orang?.
- Memberi
sumbangan bencana alam dengan menuliskan nama besar-besar?
- Memberi
makan janda-janda atau yatim piatu dengan memberitakannya dimedia cetak atau elektronik.
Saya
mau tanya kepada kita, satu pertanyaan untuk mewakili semua perbuatan itu. Apa
motivasi kita melakukan semua itu....?. kalau menurut saya hanya satu kata
untuk menjawab pertanyaan itu yaitu, PUJIAN......... Tak ada yang lain,
kalaupun ada jawaban lain itu saya pribadi menganggapnya sebagai spekulasi atau
jawaban menghindarklan diri dari celaan. Saya pernah membicarakan situasi
tentang persembahan dan perpuluhan atau sumbangan dalam bentuk lain digereja
dengan ipar saya. Saya menyatakan kalau sebaiknya kita tidak perlu mencantumkan
nama kita untuk kegiatan tersebut. Tetapi saat itu saya mendapatkan jawaban
yang menurut saya adalah jenis jawaban spekulasi yakni agar dana kita yang kita
berikan lebih mendapat pengawasan, agar dana kita dan orang lain yang juga
mencantumkan nama, tidak dimanfaatkan oleh orang-orang untuk kepentingan
pribadi. Ada banyak dosa yang kita ciptakan jika kita berpikiran yang sama
dengan jawaban itu. Pola pikirnya seperti ini, jika kita memberi dengan tidak
menonjolkan diri, dengan tidak mengharapkan kelak mendapatkan upah dari dunia
ini melalui pujian dan balasan tinadakan kita, jika kita memberi dengan
memusatkan pikiran bahwa pemberian kita itu sebagai ucapan syukur kita atas
berkat Tuhan, maka bukanlah urusan kikta lagi mau diapakan, mau dikemakan, mau
dibuat apa pemberian kita itu. Karena kita menujukan pemberian itu kepada Tuhan
maka semuanya itu sudah menjadi urusan Tuhan. Sama seperti kita jika kita
diberi uang maka urusan kita mau dikemakana uang tersebut. Enak hatikah kita
jika kita diberi uang tapi kita diurusi atau diarahkan tentang penggunaannya?.
Jika ada pengurus gereja, atau pendeta yang menggunakan uang kita untuk
keperluan pribadi, ini merupakan urusannya secara pribadi dengan Tuhan bukan
urusan kita lagi. Masak
kerjaan Tuhan mau kita kerjai juga....?. Sebab semua orang mempunyai hubungan
secara vertikal dengan Tuhan. Jadi mulai sekarang JANGAN NGURUSIN ORANG, urus
aja diri sendiri. He...he.....
Mengapa
demikian?, inilah faktanya seperti dalam injil matius
pasal
6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu,
seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di
lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:3
Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang
diperbuat tangan kananmu. 6:4
Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat
yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
b. Berdoa
Doa adalah satu-satunya sarana untuk
berhubungan dengan Tuhan. gak perlu repot-repot datangi suatu tempat hanya
untuk berbicara dengan Tuhan. kapan dan dimana saja kita bisa berhubungan,
berbicara, berkomunikasi dengan Tuhan. Tapi dengan cara-cara yang benar dan
Tuhan sudah mengajarkan itu. Bagaimana yang benar. Ingat kesimpulan dari
seluruh pembicaraan ini adalah sebaikmya semua dilakukan dengan intim. Jangan
diketahui oleh orang lain. Jangan dilihat oleh orang lain.
Coba
kita ingat-ingat pernahkan kita saat berdoa seperti ini:
-
Berdoa keras keras,
teriak teriak seperti orang kesurupan dengan atau tanpa maksud agar dilihat
orang atau agar dipuji orang kalau kita sedang berdoa, kita orang yang suci,
orang beriman, bla…bla…bla
-
Berdoa
ditempat-tempat umum, seperti makan bakso, makan mi goring, makan nasi dirumah
makan, dsb.
-
Berdoa berlama-lama,
mengucapkan doa panjang lebar seolah olah menggurui Tuhan, seolah olah Tuhan
itu kekuatannya sama seperti kekuatan kita manusia yang serba terbatas. Saking
panjang itu doa sampai-sampai mulut kering dan pecah-pecah kena dehidrasi
karena banyak mengeluarkan air liur dan uap air dari pernafasan.
Jangan lagi lakukan itu, dalam Matius 6:5 dikatakan : "Dan apabila
kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan
doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan
raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka
sudah mendapat upahnya.
6:6
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan
berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:7
Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang
yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata
doanya akan dikabulkan. 6:8
Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu
perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
c.
Berpuasa
Coba
kita ingat-ingat pernahkan kita seperti ini kala kita berpuasa:
Orang Kristen juga berpuasa sama seperti agama lain
walaupun tujuannya agak sedikit berbeda. Mungkin sebagai persamaannya dengan
agama lain bahwa berpuasa itu untuk menahan hawa nafsu, melatih diri untuk
menahan diri, walaupun tujuan untuk menyucikan diri itu adalah tujuan yang
sangat sulit untuk diterima. Seolah olah dengan berpuasa dosa kita akan
diampuni atau dibersihkan padahal penyucian diri itu bagi orang Kristen itu hanya
ada didalam diri Yesus Kristus Tuhan kita. Yesuslah yang menyucikan kita dari
dosa dengan pengorbanannnya dikayu salib. Selain itu berpuasa juga digunakan
untuk dapat berbicara dengan Tuhan secara langsung dan juga untuk dapat
menggunakan kuasa Tuhan dengan perantaraan diri kita. Jadi kita harus
membersihkan diri kita karena kita berhadapan dengan Tuhan yang suci.
Tuhan menasehati kita dalam injil Matius agar kita
jangan menjadi orang yang munafik jika ingin mendapatkan upah disurga (Bukan
upah untuk masuk surga tapi upah kita disurga sebab Allah telah menjamin
orang-orang yang percaya kepadaNya melalui Yesus Kristus untuk masuk kedalam
kerajaan surgaNya). Kemunafikan yang bagaimana yang Tuhan Yesus maksudkan dalam
Nats Matius?. Tuhan menginginkan kita untuk sungguh-sungguh berpuasa dengan
tujuan memahami pengorbanan Yesus dikayu salib, memahami bahwa Allah itu adalah
suci dan kita haruslah menyucikan diri dihadapanNya. Artinya jangan ada tujuan
yang didramatisir, yang diplesetkan hanya untuk mendapatkan penghargaan dan pujian
dari sesame kita manusia. Ingat jika sudah mendapatkan pujian dari manusia maka
kita tidak akan mendapatkan upah dari Tuhan sebab pujian yang kita terima
adalah upah yang sudah kita terima. Tidak ada orang yang melakukan satu
pekerjaan tetapi mendapatkan dua upah sekaligus. Jadi tinggal pilih saja, mau
upah dari manusia atau dari Allah. Kalau mau upah dari manusia berarti puasanya
harus diperlihatkan kepada manusia. Puasanya dikata katain kesemua orang, mukanya dikusut kusuti, rambutnya
diacak acakin, bibirnya dikering keringi, tampilannya diloyo loyoin, mukanya
dijelek jelekin (eh yang ini benaran jelek bukan dijelek-jelekin. He….he… canda
ya biar gak tegang), supaya ditanya orang terus kita menjawab bahwa kita sedang
berpuasa terus orang yang nanya akan memuji baik secara lisan maupun dalam
hati. Matius 6:16 "Dan apabila kamu berpuasa,
janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya,
supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Apapun caranya
baik pujian melalui kata – akata maupun dalam hati itu tetap kategori pujian.
Terus bagaimana seharusnya?. Biasanya sesuatu yang dilakukan dari hati, dengan
niat yang tulus, sebaiknya gak perlu orang lain tau. Tuhan juga bilang
hendaknya apa yang dilakukan tangan kananmu jangan sampai diketahui oleh tangan
kirimu. Didalam injil Matius 6: 17-18 Tuhan Yesus mengajarkan
Matius 6:17 Tetapi apabila engkau
berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, Matius 6:18
supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya
oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang
tersembunyi akan membalasnya kepadamu.