Hidup seperti debu yang sepintas saja
boleh berlalu saat angin meniup. Segalanya boleh terjadi dan dimungkinkan untuk
terjadi, baik susah maupun senang. Hidup tak selalu seperti apa yang kita inginkan,
kadang masalah menerpa, kadang suka cita berlebih. Bukan itu yang penting, saat
masalah menerpa, saat duka bersuka ria diatas hidup yang kering kerontang, saat
itu kita butuh kekuatan, butuh penghiburan agar tak sampai jatuh tergeletak dan
tak bangkit lagi. Bukan itu saja, saat masalah merajai hidup sejalan dengan itu
pula duka hadir turut memporak porandakan hidup yang awalnya tersusun indah,
rapid dan sejahtera. Muncul sejumput pertanyaan, mengapa ini terjadi?. Sejumput
diikuti jumput-jumput pertanyaan yang lain seperti, mengapa ini terjadi
padaku?. Kita butuh kekuatan untuk bangkit mengalahkan himpitan ketakutan dan
dera masalah. Dimanakan tempat kaki ini berdiri, dia sudah gemetar?, dimanakah
tempat kepala ini bersandar, dia sudah kaku?, dimanakah tempat hati ini menaruh
harapan saat mata tak henti mengeluarkan tetesan kesedihannya?. Tak ada tempat.
Ketika teman manusiaku yang kusebut saudara kumintai belas kasihnya, aku
mendapatkan jawaban yang tak sesuai keadaannya. Ada juga yang bersedia
memberiku penghiburannya tapi itu hanya sesaat. Satu kali dia begitu
bersemangat member, dua kali semangatnya sudah mulai memudar, tiga kali
wajahnya tlah berubah dan menyerah pada saat keempat kali. Mulai berdalih dan
mencoba menonjolkan jati diri. Oh…. Aku lupa….aku melupakan bahwa aku masih
memiliki Tuhan penciptaku yang kutau Dia yang memeliharaku. Dia tak pernah jemu
mendengar keluhanku, Dia tak pernah pamrih ketika memberi. Dia tak pernah bosan
mendengar ocehanku. Dia selalu memberiku senyumanNya saatku bicara macam-macam.
Aku hanya berdoa…., ya aku hanya perlu berdoa……
Ya…..hanya
berdoa. Mungkin inilah jawaban atau solusi atas permasalahan apapun yang
menerpa kita. Hanya saja, kita tidak hanya saat punya masalah baru berdoa. Saat
senang hati juga harus berdoa, itu namanya doa ucapan syukur. Kadang kala saat
kita memiliki masalah kita sering terlalu terfokus pada masalah kita yang
cenderung melahirkan segudang kekhawatiran. Kita sering melupakan Tuhan dalam
setiap permasalahan kita. Tuhan hanya tersentyum melihat kebodohan kita yang
menggunakan kekuatan kita yang terbatas sering kita guakan untuk menghadapi
permasalahan yang seang kita hadapi. Dalam ilmu psikologis dikatakan, jika
ingin mencapai homeostasis (keseimbangan dalam kejiwaan) maka kita perlu
menakar kekuatan dengan masalah yang ada. Diistilahkan seperti ini: jika ingin
menantang arus, ukurlah kekuatanmu. Jika kau sanggup tantanglah dan jika tidak
ikutlah arus maka kau akan selamat. Sebab kau tak perlu mati kehabisan tenaga
untuk melawan arus yang keras. Hal ini sangat bernilai pskologis dan relegius. Saat
kita menantang dengan menggunakan kekuatan kita maka kita akan mati kehabisan
tenaga karena kekuatan kita sangat terbatas dibandingkan dengan kekuatan arus
yang semakin lama bukan semakin berkurang tetapi semakin kuat. Tetapi jika kita
membiarkan tubuh kita diam dan mengikuti gerakan arus kemanapun dia pergi maka
niscaya kita akan selamat. Mengapa demikian?, karena jika kita membiarkan tubuh
diam itu berarti mengijinkan kekuatan lain bekerja membantu kita. Dalam hal ini
kita sinergiskan dengan kehidupan permasalahan kita. Jika kita menggnakan
kekuatan kits untuk mengatasi masalah kita maka kelelahanlah yang kita dapati
dan masalah tidak akan selesai malah semakin berat. Tetapi jika kita melibatkan
Tuhan Yesus dalam setiap permasalahan, perkara kita maka kita akan dengan cepat
dapat mengatasi permasalahan kita. Terkadang kita berpikir sempit dengan hanya
menggunakan rasionalitas berpikir kita untuk menghadapi permasalahan. Kadang
kita memustahilkan segala jalan yang berbau religious hanya karena
rasionalitas, jangan pernah menggabung kan rasionalitas dengan kehidupan
rohaniah kita karena itu tidak akan mungkin bersatu, tidak akan mungkin
sejalan. Rasionalitas menuntut bukti sedangkan iman sama sekali tidak membutuhkannya.
Hanya cukup percaya…..
Rasionalitas dan
iman/kepercayaan/keyakinan sama seperti dua sisi mata uang logam yang tidak
akan pernah pada sisi yang sama, tidak akan pernah ketemu. Rasionalitas dan
iman ada dalam kehidupan kita. Saat kita menggunakan kekuatan pikiran atau
rasionalitas kita maka sebagai konsekwensinya kita memerlukan extra tenaga, extra
pengetahuan, extra kepintaran, extra mitra dan ekstra-ekstra yang lain. Tetapi
saat kita menggunakan kekuatan iman kita itu berarti membiarkan Tuhan Yesus
bekerja membantu setiap perkara kita. Hanya saja kita sering lama berkubang
pada ketidak percayaan kita pada Tuhan dan lebih mengandalkan kekuatan kita
yang tak seberapa. Tuhan hanya mengatakan bahwa; Percayalah kepada Tuhan dengan
segenap hatimu dan jangan bersandar pada pikiranmu sendiri. Pikiran disini
berarti rasionalitas. Jadi jelas, silahkan memilih, menggunakan kekuatan
rasionalitas kita atau membiarkan Tuhan dengan kekuatanNya yang tak terbatas
itu membantu menyelesaikan setiap perkara kita, apapun itu. Bagaimana bisa….?,
itu bukan urusan kita lagi ketika kita telah menyerahkannya kepada Tuhan.
Caranya….?. Berdoa….ya hanya berdoa.
Jika
kita berdoa itu berarti kita telah menyampaikan segala perkara kita kepada
Tuhan, berupa permasalahan, itu berarti kita telah menyerahkan seluruhNya
kepada Tuhan. Itu bukan lagi bagian kita. Kita telah melakukan bagian kita
dengan berdoa, selebihnya adalah bagian Tuhan. Cukup hanya percaya…., semua
permasalahan kita akan dia selesaikan. Ini bukan kata saya tetapi ini adalah
janji Tuhan kepada kita.
Matius 7:7 Mintalah, maka akan
diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan
dibukakan bagimu.
Matius 7:8 Karena setiap orang yang
meminta, menerima dan setiap orang yang mencari , mendapat dan setiap orang
yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan.
Matius 21:22 Dan apa saja yang kamu
minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.
1 yoh 5:14 Dan inilah keberanian
kepercayaan kita kepada-Nya, yaitu bahwa ia mengabulkan doa kita, jikalau kita
meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya.
Jangan pernah ragu saudaraku, Tuhan kita
bukanlah Tuhan pembohong, janji Tuhan bukanlah seperti janji kita manusia, yang
selalu diingkari, janji Tuhan selalu ia dan amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar