Manusia jaman
sekarang ini maunya semua serba instan, gak mau capek mikir masa depan atau
mikir nasib setelah mati. Hidup hari ini cukup untuk hari ini. Hidup dijalani
ala kadarnya gak pusing dengan kwalitas hidupnya. Melulu mikirin duniawi,
masalah akhirat nanti nantilah dipikirin. Atau liat gimana nantinya aja. Lebih
takut dengan himpitan duniawi. Kenapa bisa begini ya……?, mungkin karena manusia
itu lebih menggunakan realistis berpikirnya ya. Manusia berpikir kenapa harus
capek mikirin yang gak jelas, masalah akhirat itu masalah yang tak jelas.
Kenapa tidak jelas, karena realistis itu lebih memerlukan logika dan bukti
daripada hanya sekedar kata-kata dan andai-andai. Memang untuk bicara
kerohanian yang kita punya hanya tulisan dan iman. Iman itu lebih menjelaskan
keadaan kepercayaan/keyakinan akan sesuatu yang tidak kita lihat, tapi bisa
kita rasakan.
Nah karena fakta
mendasar inilah makanya manusia cenderung untuk lebih memilih melakukan
kegiatan-kegiatan duniawinya daripada rohaninya. Fakta-fakta mendasar manusia
untuk bertahan hidup menjalani kehidupan yang keras memang tak dapat
dipungkiri. Tapi pernahkah kita berpikir untuk apa kita hidup?. Untuk makan?,
untuk lahir, sekolah, bekerja, berumah tangga, punya anak?. Untuk menikmati
hidup seperti foya-foya, menyalurkan hasrat biologi?. Ini realitas hidup.
Lantas jawablah pertanyaan mendasar ini, untuk apa kita hidup karena setelah
hidup pasti kita akan mati. Lantas setelah mati kemana kita pergi. Saya yakin
yang membaca tulisan saya ini adalah orang-orang beragama, terserah agamanya
apa. Setiap agama pasti akan membicarakan kehidupan setelah kematian. Apa
itu…., surge atau neraka. Dua pilihan yang kita tentukan sendiri dimana semua
itu diputuskan ketika kita hidup sebab setelah kita mati maka kondisi atau
keadaan kita sewaktu hidup sangat menentukan bakalan kemana kita setelah mati.
Jadi berarti sangatlah penting bagi kita untuk lebih memperhatikan kehidupan
rohani kita ketimbang kita melulu hanya memikirkan persoalan kehidupan duniawi
kita.
Judul diatas
mengingatkan kita untuk jangan asl hidup dengan maksud agar kita seharusnya
lebih memikirkan keadaan rohani kita. Dari paparan pemnjelasan singkat diatas
bisa disimpulkan bahwa hidup ini bersifat sementara. Semua agama percaya dan
tahu bahwa hidup diduni ini hanya bersifat sementara. Sekarang saya ajak kita
untuk berpikir lagi. Jika hidup didunia ini bersifat semnetara berarti ada
batasan umur manusia. Artinya manusia tidaklah hidup selamanya, bahwa sanya
hidup ini tidaklah kekal. Buktinya apa?. Secara genetika umur manusia itu
terbaytas dimana DNA sebagai pembawa sifat manusia itu mempunya batasan hidup
lebih kurang 110 tahun. DNA adalah pembawa sifat, yang berarti penentu
bagaimana organ-organ tubuh bekerja sesuai dengan karakter masing-masing organ.
Jika DNA sebagai penentu bekerjanya organ tubuh manusia hanya 110 tahun ini
berarti organ-organ akan berhenti bekerja setelah DNA mencapai usia
maksimalnya. Ini bisa kita identikkan dengan umur harapan hidup manusia
dimasing masing Negara. Tergantung tingkat kemakmuran, kesejahteraan, kwalitas
pelayanan kesehatan, factor makanan serta gaya hidup (life stile) suatu bangsa.
Nah diindonesia sendiri umur harapan hidupnya berkisar antara 67-72 tahun.
Artinya rata-rata penduduk Indonesia bisa mencapai usia maksimal 67-72 tahun.
Nah sekarang
kita kembali menilik tentang pentingnya kita memprioritaskan kebutuhan rohani
kita dan bukan malah sebaliknya. Jika usia kita maksimal 72 tahun berarti kita
akan mati stelah itu. Lantas kalau kita mati ( walaupun kematian merupakan
rahasia Tuhan) berarti kita harus sudah mengetahui kita akan berada dimana, surga
atau neraka….?. nah inilah maksud dari judul diatas, jangan asal hidup.
Lihatlah pola yang sering kita lakukan. Kita lebih takut untuk member kepada
sesame kita karena kita taku tidak makan atau kita takut kebahagiaan kita
direnggut padahal kita hanya diminta untuk memberi sedikit dan lagipula Tuhan
sudah berjanji akan memberi kelimpahan jika kita memberi. Lukas 6:30 : “Berilah
kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada
orang yang mengambil kepunyaanmu”. Itu kalau kita yang memberi, belum lagi
kalau kita dimintai oleh saudara kita sesame manusia, belum lagi kalau kita
dipinjami. Mau tau apa yang sering kita lakukan kepada saudara kita?. Ada dua
cara yang sering kita lakukan, cara baik-baik dan cara kasar. Cara baik-baiknya
kita sering dengan menggunakan kata “maaf” diawal kalimat penolakan kita. Begini
kalimatnya “maaf, saya tidak punya uang” atau “maaf saya tidak punya”. Nah
kalimat kasarnya ini sering dilakukan oleh orang-orang sombong seperti: “enak
aja, emangnya uang itu daun mudah didapat?” dan lain - lain dan lain-lain.
Padahal Tuhan sudah memerintahkan kita untuk memberi jika ada yang meminta,
untuk kita tidak meminta kembali kepada yang meminjam kepada kita. Tuhan bukan
hanya memberi perintahi tanpa member jaminan. Tuhan berjanji kepada kita jika
kita me;lakukan semua itu (perintahNya itu, maka Dia akan member kelimpahan
berkat pada kita. Lukas 6:38 “Berilah
dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang
dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang
kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu". Lantas kalu sudah
seperti ini ceritanya bisa disimpulkan bahwa kita lebih takut dengan dunia ini
dari pada dengan TUhan. Kita lebih percaya dunia ini daripada dengan
janji-janji Tuhan. Pasti jawabannya itukan masih janji sementara dunia ini kita
punya kebutuhan. Betu….itu memang betul tapi semua itu bisa terjadi, jika kita
percaya, cukup percaya saja maka kita laksanakan perintahNya dan kita pasti
menerima janjinNya, itu pasti. Saya pernah mendengar sepenggal kalimat seorang
yang sukses dan merupakan salah seorang terkaya diIndonesia yang mengatakan,
“kau tidak akan menjadi miskin dengan memberi, bahkan sebaliknya kau akan
mendapat lebih banyak dengan memberi”. Ini merupakan salah satu bukti dari
aplikasi nats Tuhan itu. Lukas 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan
berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan,
maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah.
Itu masih soal
memberi, masih banyak perintah-perintah lain yang harus kita perhatikan dan
kita laksanakan. Perintah-perintah itu bukanlah perintah semata, perintah itu
bertujuan untuk membawa kita kepada upah kita disurga nanti. Kejayaan kita
disurga tergantung bagaimana kita melaksanakan perintah Tuhan. Perintah itu
juga bukanlah perintah duniawi, itu perintah surgawi yang juga bukan berasal
dari orang yang berdosa yang tidak menepati janjinya, perintah itu bersumber
dari sang pencipta, sang Maha Kuasa, dari sang maha pengasih yang tak pernah
meninggalkan atau mengingkari janjiNya. Masih banyak perintah lainnya,
mengasihi musuh. Lukas 6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku,
Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci
kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang
yang mencaci kamu, mengampuni dan jangan menghakimi sesama, Lukas 6:37
"Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan
janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu
akan diampuni.
Jadi saudaraku
marilah kita bertobat, kembali kejalan yang semestinya yakni kembali ketujuan
hidup kita yaitu untuk dapat hidup dengan baik didunia maupun diakhirat nanti.
Hidup yang saat ini kita jalani didunia ini adalah hidup yang sementara, daging
akan mati tetapi roh akan tetap hidup. Jadi hendaknya kita hidup dengan roh,
memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohani kita sebagai ucapan syukur kita atas
penebusan Tuhan yang telah menumpahkan darahNya dikayu salib demi menebus saya
dan saudara, demi menguduskan saudara dan saya sebab hanya kekudusanlah yang
dapat bertemu dengan Tuhan yang Maha Kudus dan juga sebagai bekal kita disuga
nanti. Jadi saudaraku, jangan asal hidup, fokuskan hati, pikiran, dan perbuatan
kita pada semua keinginan Tuhan Allah Bapa kita yang telah melayakkan kita,
sebab Dia baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar