PEMBUKA

"Suluhidup" merupakan blog yang berisi tentang tulisan-tulisan firman Tuhan yang semoga dapat menjadi suluhidup bagi masing-masing pembacanya......

Cari Blog Ini

Selasa, 07 November 2017

JANGAN ASAL HIDUP, HIDUPLAH UNTUK HIDUP JANGAN HIDUP UNTUK BINASA Oleh : Edison Siringoringo


Manusia jaman sekarang ini maunya semua serba instan, gak mau capek mikir masa depan atau mikir nasib setelah mati. Hidup hari ini cukup untuk hari ini. Hidup dijalani ala kadarnya gak pusing dengan kwalitas hidupnya. Melulu mikirin duniawi, masalah akhirat nanti nantilah dipikirin. Atau liat gimana nantinya aja. Lebih takut dengan himpitan duniawi. Kenapa bisa begini ya……?, mungkin karena manusia itu lebih menggunakan realistis berpikirnya ya. Manusia berpikir kenapa harus capek mikirin yang gak jelas, masalah akhirat itu masalah yang tak jelas. Kenapa tidak jelas, karena realistis itu lebih memerlukan logika dan bukti daripada hanya sekedar kata-kata dan andai-andai. Memang untuk bicara kerohanian yang kita punya hanya tulisan dan iman. Iman itu lebih menjelaskan keadaan kepercayaan/keyakinan akan sesuatu yang tidak kita lihat, tapi bisa kita rasakan.
Nah karena fakta mendasar inilah makanya manusia cenderung untuk lebih memilih melakukan kegiatan-kegiatan duniawinya daripada rohaninya. Fakta-fakta mendasar manusia untuk bertahan hidup menjalani kehidupan yang keras memang tak dapat dipungkiri. Tapi pernahkah kita berpikir untuk apa kita hidup?. Untuk makan?, untuk lahir, sekolah, bekerja, berumah tangga, punya anak?. Untuk menikmati hidup seperti foya-foya, menyalurkan hasrat biologi?. Ini realitas hidup. Lantas jawablah pertanyaan mendasar ini, untuk apa kita hidup karena setelah hidup pasti kita akan mati. Lantas setelah mati kemana kita pergi. Saya yakin yang membaca tulisan saya ini adalah orang-orang beragama, terserah agamanya apa. Setiap agama pasti akan membicarakan kehidupan setelah kematian. Apa itu…., surge atau neraka. Dua pilihan yang kita tentukan sendiri dimana semua itu diputuskan ketika kita hidup sebab setelah kita mati maka kondisi atau keadaan kita sewaktu hidup sangat menentukan bakalan kemana kita setelah mati. Jadi berarti sangatlah penting bagi kita untuk lebih memperhatikan kehidupan rohani kita ketimbang kita melulu hanya memikirkan persoalan kehidupan duniawi kita.
Judul diatas mengingatkan kita untuk jangan asl hidup dengan maksud agar kita seharusnya lebih memikirkan keadaan rohani kita. Dari paparan pemnjelasan singkat diatas bisa disimpulkan bahwa hidup ini bersifat sementara. Semua agama percaya dan tahu bahwa hidup diduni ini hanya bersifat sementara. Sekarang saya ajak kita untuk berpikir lagi. Jika hidup didunia ini bersifat semnetara berarti ada batasan umur manusia. Artinya manusia tidaklah hidup selamanya, bahwa sanya hidup ini tidaklah kekal. Buktinya apa?. Secara genetika umur manusia itu terbaytas dimana DNA sebagai pembawa sifat manusia itu mempunya batasan hidup lebih kurang 110 tahun. DNA adalah pembawa sifat, yang berarti penentu bagaimana organ-organ tubuh bekerja sesuai dengan karakter masing-masing organ. Jika DNA sebagai penentu bekerjanya organ tubuh manusia hanya 110 tahun ini berarti organ-organ akan berhenti bekerja setelah DNA mencapai usia maksimalnya. Ini bisa kita identikkan dengan umur harapan hidup manusia dimasing masing Negara. Tergantung tingkat kemakmuran, kesejahteraan, kwalitas pelayanan kesehatan, factor makanan serta gaya hidup (life stile) suatu bangsa. Nah diindonesia sendiri umur harapan hidupnya berkisar antara 67-72 tahun. Artinya rata-rata penduduk Indonesia bisa mencapai usia maksimal 67-72 tahun.
Nah sekarang kita kembali menilik tentang pentingnya kita memprioritaskan kebutuhan rohani kita dan bukan malah sebaliknya. Jika usia kita maksimal 72 tahun berarti kita akan mati stelah itu. Lantas kalau kita mati ( walaupun kematian merupakan rahasia Tuhan) berarti kita harus sudah mengetahui kita akan berada dimana, surga atau neraka….?. nah inilah maksud dari judul diatas, jangan asal hidup. Lihatlah pola yang sering kita lakukan. Kita lebih takut untuk member kepada sesame kita karena kita taku tidak makan atau kita takut kebahagiaan kita direnggut padahal kita hanya diminta untuk memberi sedikit dan lagipula Tuhan sudah berjanji akan memberi kelimpahan jika kita memberi. Lukas 6:30 : “Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu”. Itu kalau kita yang memberi, belum lagi kalau kita dimintai oleh saudara kita sesame manusia, belum lagi kalau kita dipinjami. Mau tau apa yang sering kita lakukan kepada saudara kita?. Ada dua cara yang sering kita lakukan, cara baik-baik dan cara kasar. Cara baik-baiknya kita sering dengan menggunakan kata “maaf” diawal kalimat penolakan kita. Begini kalimatnya “maaf, saya tidak punya uang” atau “maaf saya tidak punya”. Nah kalimat kasarnya ini sering dilakukan oleh orang-orang sombong seperti: “enak aja, emangnya uang itu daun mudah didapat?” dan lain - lain dan lain-lain. Padahal Tuhan sudah memerintahkan kita untuk memberi jika ada yang meminta, untuk kita tidak meminta kembali kepada yang meminjam kepada kita. Tuhan bukan hanya memberi perintahi tanpa member jaminan. Tuhan berjanji kepada kita jika kita me;lakukan semua itu (perintahNya itu, maka Dia akan member kelimpahan berkat pada   kita. Lukas 6:38 “Berilah dan kamu akan diberi: suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah keluar akan dicurahkan ke dalam ribaanmu. Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu". Lantas kalu sudah seperti ini ceritanya bisa disimpulkan bahwa kita lebih takut dengan dunia ini dari pada dengan TUhan. Kita lebih percaya dunia ini daripada dengan janji-janji Tuhan. Pasti jawabannya itukan masih janji sementara dunia ini kita punya kebutuhan. Betu….itu memang betul tapi semua itu bisa terjadi, jika kita percaya, cukup percaya saja maka kita laksanakan perintahNya dan kita pasti menerima janjinNya, itu pasti. Saya pernah mendengar sepenggal kalimat seorang yang sukses dan merupakan salah seorang terkaya diIndonesia yang mengatakan, “kau tidak akan menjadi miskin dengan memberi, bahkan sebaliknya kau akan mendapat lebih banyak dengan memberi”. Ini merupakan salah satu bukti dari aplikasi nats Tuhan itu. Lukas 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah.
Itu masih soal memberi, masih banyak perintah-perintah lain yang harus kita perhatikan dan kita laksanakan. Perintah-perintah itu bukanlah perintah semata, perintah itu bertujuan untuk membawa kita kepada upah kita disurga nanti. Kejayaan kita disurga tergantung bagaimana kita melaksanakan perintah Tuhan. Perintah itu juga bukanlah perintah duniawi, itu perintah surgawi yang juga bukan berasal dari orang yang berdosa yang tidak menepati janjinya, perintah itu bersumber dari sang pencipta, sang Maha Kuasa, dari sang maha pengasih yang tak pernah meninggalkan atau mengingkari janjiNya. Masih banyak perintah lainnya, mengasihi musuh. Lukas 6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu, mengampuni dan jangan menghakimi sesama, Lukas 6:37 "Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.
Jadi saudaraku marilah kita bertobat, kembali kejalan yang semestinya yakni kembali ketujuan hidup kita yaitu untuk dapat hidup dengan baik didunia maupun diakhirat nanti. Hidup yang saat ini kita jalani didunia ini adalah hidup yang sementara, daging akan mati tetapi roh akan tetap hidup. Jadi hendaknya kita hidup dengan roh, memenuhi kebutuhan-kebutuhan rohani kita sebagai ucapan syukur kita atas penebusan Tuhan yang telah menumpahkan darahNya dikayu salib demi menebus saya dan saudara, demi menguduskan saudara dan saya sebab hanya kekudusanlah yang dapat bertemu dengan Tuhan yang Maha Kudus dan juga sebagai bekal kita disuga nanti. Jadi saudaraku, jangan asal hidup, fokuskan hati, pikiran, dan perbuatan kita pada semua keinginan Tuhan Allah Bapa kita yang telah melayakkan kita, sebab Dia baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar