PEMBUKA

"Suluhidup" merupakan blog yang berisi tentang tulisan-tulisan firman Tuhan yang semoga dapat menjadi suluhidup bagi masing-masing pembacanya......

Cari Blog Ini

Selasa, 07 November 2017

JANGAN BUANG UPAHMU.... Oleh: Edison Siringoringo


Syalom saudaraku dalam Tuhan kita Yesus Kristus yang oleh pengorbanannya kita telah terbebas dari alam maut dan hidup dalam kasih karunia.

Hidup kita bukanlah hanya sekedar menjalani hidup tanpa tujuan yang sebenarnya bahwa hidup kita ini akan berakhir sebab daging tidaklah abadi hanya roh yang abadi. Untuk hidup abadi banyak hal yang harus kita penuhi agar layak masuk kedalam kekekalan yang sebenarnya yakni hidup bersama-sama dengan Allah Bapa, Yesus Kristus dalam surga yang telah disiapkan bagi mereka yang berkenan dan layak masuk kesana. Tidak ada yang percuma bagi Tuhan, semua ada maknanya, semua yang kita lakukan tidak aklan berakhir sia-sia. Doa yang kita haturkan, pengharapan yang kita sampaikan kepada Allah kita tidak akan pernah sia-sia. Tuhan mendengarnya, Tuhan mengetahuinya dan percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan doa itu, pengharapan kita itu terucap dengan sia-sia. Suatu saat dengan waktu dan pertimbangan Tuhan pasti doamu akan terjawab, pasti harapanmu akan terkabul. Kita hanya cukup percaya dan bersabar.......
Hidup kita ini bukanlah melulu hanya menjalankan kegiatan duniawi kita. Seandainya kita sadar bahwa semua ini hanya ujian. Daging tidaklah kekal atau abadi hanya roh yang ada dalam diri kita saja yang kekal. Kita telah jatuh dalam dosa sejak Adam melanggar perintah Allah, sejak manusia pertama kehilangan kemuliaannya oleh hanya karena ketidaksetiannya terhadap perintah Allah. Manusia Adam telah kehilangan simpati dari Allah namun kasih Allah tetap sama dulu, sekarang dan yang akan datang. Karena kasihNyalah kita masih ada sampai saat ini, karena kasihNyalah kita memperoleh kasih karunia melalui Allah yang ada dalam diri Tuhan Yesus. Saudaraku yang terkasih dalam Kristus Yesus, Allah ingin agar kita kembali ke-Eden ciptaannya yang dulu dihuni oleh manusia Adam karena itu dia rela mati, dia rela meninggalkan keTuhananNya hanya untuk mengembalikan kita kedalam Firdaus atau Eden yang telah Dia siapkan untuk semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus.
Secara mutlak untuk mendapatkan keselamatan haruslah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru selamat serta percaya bahwa Dia telah mati dan bangkit serta naik kesurga kepangkuan Bapa disurga. Tuhan Yesus berkata: “ Akulah jalan, kebenaran, dan hidup tidak ada yang sampai kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”. Banyak orang yang tidak memahami arti kembali kepangkuan Bapa disurga yang seolah-olah bahwa Tuhan itu telah kehilangan keEsaanNya. Seolah-olah Tuhan orang kristen lebih dari satu padahal yang sebenarnya adalah Ia kembali dari kodratnya sebagai manusia ke-hakekat Allah sebagai Tuhan. Tak cukup hanya menerima Yesus sebagai Tuhan dan juru selamat, masih ada hal yang penting untuk dipahami bahwa tugas selanjutnya adalah menjalankan seluruh perintah atau ajaran yang telah disampaikan oleh Tuhan Yesus selama Dia menjadi manusia sebagai ucapan syukur kita atas penebusan yang Tuhan Allah berikan melalui kematianNya. Perintah itu juga mengandung upah bagi pelakunya. Upah yang dimaksud dalam hal ini bukanlah upah surga atau neraka, bukan itu, tetapi upah yang akan kita terima disurga nanti. Jangan ragu saudaraku, ketika kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan yang sebenarnya maka saat itu juga nama kita telah tercatat sebagai penghuni surga, tercatat sebagai warga masyarakat surga. Lagipula Tuhan memberikan segalanya atas kehendakNya dengan percuma termasuk orang-orang yang akan menerima kasih karunia dariNya.
Upah tersebut akan diberikan saat kita masih didunia ini yaitu berupa berkat yang melimpah dari Allah Bapa agar kita tidak mengalami kekurangan saat hidup didunia pada masa pencobaan ini. Dan upah yang lain yang akan diterima oleh anak-anak Allah adalah upah SURGAWI. Upah sendiri berarti suatu imbalan yang diterima setelah melakukan suatu kegiatan baik yang bersifat barang (spt uang, benda lain), maupun jasa (spt ucapan terimakasih, atau pujian). Besarnya upah sendiri berbeda-beda sesuai dengan bentuk pekerjaan yang dilakukan, banyaknya pekerjaan yang dilakukan (Kwantitas), beratnya pekerjaan yang dilakukan (bersifat Kwalitas), lamanya pekerjaan yang dilakukan (Intensitas). Semakin banyak, berat dan lama pekerjaan itu dilakukan maka semakin besar upah yang didapatkan. Dalam istilah bisnis, semakin besar resiko dalam pekerjaan maka semakin besar pula upah yang akan diterima. Namun tidaklah se-ekstrim demikan pada pekerjaan-pekerjaan dalam perintah Tuhan. Dalam menjalankan perintah Tuhan disadarkan bahwa semua yang kita lakukan ada upahnya dari Allah Bapa kita.
Adapun jenis-jenis upah yang kita peroleh dari perbuatan kita adalah:
1.       Upah dari manusia berupa balasan perbuatan dan juga bentuk pujian
2.       Upah dari Allah
a.   Upah limpahan berkat selama kita hidup didunia
b.   Upah surgawi (masuk surga)
Didalam injil Matius hal ini jelas dikatakan bahwa semua perbuatan kita ada konsekwensinya yaitu berupa upah.
Baiklah saya akan mencoba untuk bersama-sama kita pahami tentang kesimpulan dari injil Matius pasal 6 yang telah saya paparkan diatas dan bagaimana hubungannya terhadap perilaku realitas kita didunia ini.
1.  Bahwa perbuatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan upah kita lebih fokus kepada kegiatan menjalankan kewajiban agama seperti: memberi sedekah, berdoa, berpuasa, dan mengampuni sesama. Coba kita pikirkan atau jelasnya kita ingat kembali atau flashback tentang perilaku kita yang menurut injil matius sangat bertentangan dengan perintah Tuhan. Coba kita ingat-ingat pernahkan kita menjalankan kegiatan menjalankan kewajiban agama kita seperti ini berdoa teriak-teriak didepan orang banyak bukan pada tempatnya, berdoa dirumah makan, diwarung bakso dan tempat makan lainnya, acara ibadah rumah tangga dimana pemilik rumah sengaja membuat acara dengan makanan mewah agar dilihat dan dipuji  orang. Tak dapat dipungkiri bahwa secara harfiah atau mendasar semua itu kita lakukan hanya untuk menonjolkan diri dan berupaya menarik perhatian orang lain dengan harapan mendapatkan pujian. Hidup ini tidak melulu bicara soal duniawi dan ini yang sering kita lupakan bahwa masih ada soal rohani yang perlu kita benahi. Seperti yang saya singgung diatas bahwa segala tindakan kita ada konsekwensinya, kita bicara soal sebab akibat. Kita juga secara tidak langsung, secara tidak sadar berbuat dengan memikirkan sebab akibat, untung rugi, salah atau benar tindakan itu dilakukan. Hanya saja Tuhan Yesus telah mengingatkan kita bahwa untuk mendapatkan upah rohanimu hendaknya kamu belum mendapatkan upah apa-apa dari duniawimu. Jika kita sudah mendapatkan balasan berupa pujian atau lainnya maka kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari Tuhan atas kebaikan yang kita lakukan tersebut karna kita sudah mendapatkan upah berupa pujian dari sesama kita manusia.
Inilah faktanya seperti dalam injil matius pasal 6:1 "Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu di hadapan orang supaya dilihat mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga.
Jadi jika ingin mendapatkan upah dari Tuhan Yesus maka sebaiknya kita tidak mengharapakan upah apa-apa dari dunia ini. Berbuatlah agar kita tidak mendapatkan upah dari manusia tetapi berusahalah untuk dunia tidak mengetahui perbuatan baik kita agar kita mendapatkan upah dari Allah Bapa kita disurga.
a.  Memberi sedekah
Maksud dari kata memberi sedekah adalah memberi sesuatu kepunyaan kita atau yang kita miliki untuk orang lain langsung kepada yang membutuhkan atau melalui organisasi atau badan yang akan menyalurkan pemberian kita tersebut kepada orang yang membutuhkan seperti persembahan digereja, perpuluhan kita kepada Tuhan melalui gereja, atau sumbangan kebadan-badan sosial seperti panti asuhan, jompo dll.
Sebenarnya inti sedekah adalah pemberian yang dilakukan atas dasar ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat yang diberikan kepada kita dan dorongan kasih kepada sesama yang membutuhkan dengan niat yang tulus dan ikhlas kita memberi dari kepunyaan kita kepada orang lain.
Coba kita ingat-ingat pernahkan kita berbuat seperti ini:
-   Memberi sedekah pada pengemis dipinggir jalan, didepan gereja
-   Memberi persembahan digereja dengan memperlihatkan jumlah nominalnya agar dilihat orang
-   Memberi persepuluhan dengan menuliskan nama pribadi atau keluarga kita pada amplop pembungkusnya agar nama dan jumlah nominal uang yang kita perpuluhkan  diumumkan keras-keras pada minggu berikutnya?.
-   Memberi sumbangan bagi panti asuhan atau janda-janda atau usia lanjut dengan menulis besar-besar nama kita atau keluarga kita diamplop pembungkusnya atau bahkan membuat acara agar dilihat dan diketahui orang-orang?.
-   Memberi sumbangan bencana alam dengan menuliskan nama besar-besar?
-   Memberi makan janda-janda atau yatim piatu dengan memberitakannya dimedia cetak atau elektronik.
Saya mau tanya kepada kita, satu pertanyaan untuk mewakili semua perbuatan itu. Apa motivasi kita melakukan semua itu....?. kalau menurut saya hanya satu kata untuk menjawab pertanyaan itu yaitu, PUJIAN......... Tak ada yang lain, kalaupun ada jawaban lain itu saya pribadi menganggapnya sebagai spekulasi atau jawaban menghindarklan diri dari celaan. Saya pernah membicarakan situasi tentang persembahan dan perpuluhan atau sumbangan dalam bentuk lain digereja dengan ipar saya. Saya menyatakan kalau sebaiknya kita tidak perlu mencantumkan nama kita untuk kegiatan tersebut. Tetapi saat itu saya mendapatkan jawaban yang menurut saya adalah jenis jawaban spekulasi yakni agar dana kita yang kita berikan lebih mendapat pengawasan, agar dana kita dan orang lain yang juga mencantumkan nama, tidak dimanfaatkan oleh orang-orang untuk kepentingan pribadi. Ada banyak dosa yang kita ciptakan jika kita berpikiran yang sama dengan jawaban itu. Pola pikirnya seperti ini, jika kita memberi dengan tidak menonjolkan diri, dengan tidak mengharapkan kelak mendapatkan upah dari dunia ini melalui pujian dan balasan tinadakan kita, jika kita memberi dengan memusatkan pikiran bahwa pemberian kita itu sebagai ucapan syukur kita atas berkat Tuhan, maka bukanlah urusan kikta lagi mau diapakan, mau dikemakan, mau dibuat apa pemberian kita itu. Karena kita menujukan pemberian itu kepada Tuhan maka semuanya itu sudah menjadi urusan Tuhan. Sama seperti kita jika kita diberi uang maka urusan kita mau dikemakana uang tersebut. Enak hatikah kita jika kita diberi uang tapi kita diurusi atau diarahkan tentang penggunaannya?. Jika ada pengurus gereja, atau pendeta yang menggunakan uang kita untuk keperluan pribadi, ini merupakan urusannya secara pribadi dengan Tuhan bukan urusan kita lagi. Masak kerjaan Tuhan mau kita kerjai juga....?. Sebab semua orang mempunyai hubungan secara vertikal dengan Tuhan. Jadi mulai sekarang JANGAN NGURUSIN ORANG, urus aja diri sendiri. He...he.....
Mengapa demikian?, inilah faktanya seperti dalam injil matius
pasal 6:2 Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. 6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. 6:4 Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
b.    Berdoa
    Doa adalah satu-satunya sarana untuk berhubungan dengan Tuhan. gak perlu repot-repot datangi suatu tempat hanya untuk berbicara dengan Tuhan. kapan dan dimana saja kita bisa berhubungan, berbicara, berkomunikasi dengan Tuhan. Tapi dengan cara-cara yang benar dan Tuhan sudah mengajarkan itu. Bagaimana yang benar. Ingat kesimpulan dari seluruh pembicaraan ini adalah sebaikmya semua dilakukan dengan intim. Jangan diketahui oleh orang lain. Jangan dilihat oleh orang lain.
Coba kita ingat-ingat pernahkan kita saat berdoa seperti ini:
-    Berdoa keras keras, teriak teriak seperti orang kesurupan dengan atau tanpa maksud agar dilihat orang atau agar dipuji orang kalau kita sedang berdoa, kita orang yang suci, orang beriman, bla…bla…bla
-    Berdoa ditempat-tempat umum, seperti makan bakso, makan mi goring, makan nasi dirumah makan, dsb.
-    Berdoa berlama-lama, mengucapkan doa panjang lebar seolah olah menggurui Tuhan, seolah olah Tuhan itu kekuatannya sama seperti kekuatan kita manusia yang serba terbatas. Saking panjang itu doa sampai-sampai mulut kering dan pecah-pecah kena dehidrasi karena banyak mengeluarkan air liur dan uap air dari pernafasan.
Jangan lagi lakukan itu, dalam Matius 6:5 dikatakan : "Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:6 Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
6:7 Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. 6:8 Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.
c.   Berpuasa
Coba kita ingat-ingat pernahkan kita seperti ini kala kita berpuasa:
Orang Kristen juga berpuasa sama seperti agama lain walaupun tujuannya agak sedikit berbeda. Mungkin sebagai persamaannya dengan agama lain bahwa berpuasa itu untuk menahan hawa nafsu, melatih diri untuk menahan diri, walaupun tujuan untuk menyucikan diri itu adalah tujuan yang sangat sulit untuk diterima. Seolah olah dengan berpuasa dosa kita akan diampuni atau dibersihkan padahal penyucian diri itu bagi orang Kristen itu hanya ada didalam diri Yesus Kristus Tuhan kita. Yesuslah yang menyucikan kita dari dosa dengan pengorbanannnya dikayu salib. Selain itu berpuasa juga digunakan untuk dapat berbicara dengan Tuhan secara langsung dan juga untuk dapat menggunakan kuasa Tuhan dengan perantaraan diri kita. Jadi kita harus membersihkan diri kita karena kita berhadapan dengan Tuhan yang suci.
Tuhan menasehati kita dalam injil Matius agar kita jangan menjadi orang yang munafik jika ingin mendapatkan upah disurga (Bukan upah untuk masuk surga tapi upah kita disurga sebab Allah telah menjamin orang-orang yang percaya kepadaNya melalui Yesus Kristus untuk masuk kedalam kerajaan surgaNya). Kemunafikan yang bagaimana yang Tuhan Yesus maksudkan dalam Nats Matius?. Tuhan menginginkan kita untuk sungguh-sungguh berpuasa dengan tujuan memahami pengorbanan Yesus dikayu salib, memahami bahwa Allah itu adalah suci dan kita haruslah menyucikan diri dihadapanNya. Artinya jangan ada tujuan yang didramatisir, yang diplesetkan hanya untuk mendapatkan penghargaan dan pujian dari sesame kita manusia. Ingat jika sudah mendapatkan pujian dari manusia maka kita tidak akan mendapatkan upah dari Tuhan sebab pujian yang kita terima adalah upah yang sudah kita terima. Tidak ada orang yang melakukan satu pekerjaan tetapi mendapatkan dua upah sekaligus. Jadi tinggal pilih saja, mau upah dari manusia atau dari Allah. Kalau mau upah dari manusia berarti puasanya harus diperlihatkan kepada manusia. Puasanya dikata katain kesemua  orang, mukanya dikusut kusuti, rambutnya diacak acakin, bibirnya dikering keringi, tampilannya diloyo loyoin, mukanya dijelek jelekin (eh yang ini benaran jelek bukan dijelek-jelekin. He….he… canda ya biar gak tegang), supaya ditanya orang terus kita menjawab bahwa kita sedang berpuasa terus orang yang nanya akan memuji baik secara lisan maupun dalam hati. Matius 6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Apapun caranya baik pujian melalui kata – akata maupun dalam hati itu tetap kategori pujian. Terus bagaimana seharusnya?. Biasanya sesuatu yang dilakukan dari hati, dengan niat yang tulus, sebaiknya gak perlu orang lain tau. Tuhan juga bilang hendaknya apa yang dilakukan tangan kananmu jangan sampai diketahui oleh tangan kirimu. Didalam injil Matius 6: 17-18 Tuhan Yesus mengajarkan
Matius 6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, Matius 6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar