Mengampuni adalah
sebuah kata yang sangat sulit buat dilaksanakan sama semua manusia didunia ini.
Entah apa sebabnya kita tidak pasti tahu apa itu. Banyak kejadian hidup yang
menyebabkan perselisihan diantara kita manusia, atau lebih jelas diantara kita
bersaudara, kita berkeluarga, kita berteman. Sebelum kita bicara lebih banyak
tentang hal memaafkan ini lebih baik kita lebih dulu bicara dengan singkat akan
dijelaskan tentang perselisihan atau pertengkaran. Perselisihan adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan yang muncul dari suatu kesalahpahaman akibat
dari suatu pembahasan yang tidak menemukan titik temu sebagai kesepakatan untuk
dijalankan bersama. Wedew…..pasti langsung mencret menghapalnya, ribet banget
ya pengertiannya. Ok deh kita persingkat. Perselisihan adalah kesalahpahaman,
titik. Kalau dipikir-pikir sebenarnya inti yang menyebabkan perselisihan atau
salah paham tersebut adalah egoisme (sikap egois) dari masing-masing orang yang
terlibat perselisihan. Sifat gak mau mengalah. Masing-masing mengganggap diri
benar dan orang lain pasti salah. Sebenarnya tidaklah demikian, bagus kalau
kita menanggap diri kita benar tetapi
belum tentu juga orang lain salah. Jadi ada baiknya masing-masing orang menahan
diri dan bersikap dewasa menghadapi permasalahan. Egoisme juga muncul akibat
harga diri yang terlalu tinggi. Seandainya sifat egoisme dan harga diri tidak
dibawa-bawa dalam pembahasan sesuatu mungkin perselisihan tidak terjadi. Bak
kata orang jawa kalau masing-masing menanamkan sikap legowo satu dengan lainnya
maka hal ini tidak akan terjadi. Inilah realitas orang yang berselisih, awalnya
beda pendapat, lalu saling hujat, kemudian marah dan saling diam bahkan sampai
mendendam. Nah ini dia masalah yang sebenarnya, “mendendam”. Kalau sudah sampai
pada tahap ini berarti tiba pada puncaknya manusia cari-cari masalah. Kalau
sudah mendendam maka kita sudah bisa tahu langkah berikutnya yakni sakit hati
dan mulai mencari cara untuk menyakiti lawan yang kita benci. Waw… iblis menang
besar kalau sudah begini. Mau tahu cara apa aja yang dilakukan?, awalnya sih
menyindir, lalu memfitnah, kemudian merencanakan kejahatan seperti ingin memberi
pelajaran dengan menghajar, menyiksa bahkan sampai tega membunuh. Bayangkan….,
hanya karna membela harga diri, hanya karna tersinggung perasaan sampai
menghilangkan nyawa orang lain. Wow….. dahsyat sekali pengaruh sakit hati ini.
Sebenarnya tanpa kita sadari inilah kerjaan iblis yang ingin memporak
porandakan hubungan kita dengan Tuhan dengan menghilangkan perasaan kasih dan
menghidupkan gelora amarah, kebencian dan dendam dalam diri kita. Seandainya
sedari awal masalah, atau seandainya kita selalu menyertakan Tuhan dalam setiap
langkah hidup kita, dalam setiap perkara kita maka kasih Tuhan akan selalu
menyertai kita dan sudah barang tentu cara-cara yang kita gunakan dalam
menghadapi permasalahan adalah cara-cara Tuhan yaitu, sabar, rendah hati dan
mengasihi.
Permasalahan
juga sering kita dapati ditengah-tengah lingkungan social kita seperti
disekolah (antar siswa), dirumah (antar anggota keluarga), ditempat kerja,
dimana saja dapat memungkinkan timbulnya perselisihan dan permasalahan. Jadi
jelasnya disegala sisi kehidupan mungkin untuk terjadi masalah. Berarti dengan
kata lain kita tidak bisa menghindar dari permasalahan. Kalau sudah begini
lantas apa yang bisa kita lakukan, menerima dan bergelut dengan masalah,
memupuk kebencian, dendam dan sakit hati?. Kalau mau cepat mati silahkan
lakukan semua itu. Kemampuan kita untuk mengatasi masalah , permusuhan, rasa
benci, dendam dan sakit hati bukan hanya bicara tentang sifat baik, surga dan
neraka tapi juga tentang kesehatan.
Coba kita bayangkan, inilah
realitas tentang memelihara permusuhan, sakit hati, dendam dan rasa benci dari
sudut pandang kesehatan. Semua itu akan menimbulkan penyakit tekanan darah
tinggi atau hipertensi, stress, stroke, magh, dll penyakit yang lain. Nah dari
sudut pandang religiusnya, ya kita mencoba untuk mengikuti kedagingan kita,
memenangkan iblis dalam perkara rohani kita. Tuhan Yesus tidak mengajarkan kita
untuk mendendam, membenci, marah, sakit hati. Malahan kita diajarkan untuk
tidak cepat marah, memaafkan kesalahan orang lain dengan tanpa ada batasan.
Matius 21: Kemudian
datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni
saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
22Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh
kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.
Pertanyaannya adalah,
betapa sulitnya memaafkan orang lain. Hal ini akan dimungkinkan jika kita tidak
melihat siapa diri kita, jika kita tidak mengukur kualitas kerohanian kita, dan
jika kita sudah menganggap bahwa kita dalah orang yang paling benar, yang tidak
pernah berbuat salah. Ada jurus jitu untuk kita dimampukan memaafkan orang
lain. Ketika kita disakiti, kita merasa disepelekan, kita merasa direndahkan,
kita merasa diremehkan, kita merasa dikhianati, kita akan ingin marah dan
melampiaskan kekesalan serta kemarahan kita, ada baiknya beri sedikit waktu
untuk diri sendiri bertanya kepada diri kita apakan kita pantas untuk marah,
apakah kita tidak pernah salah, khilaf?. Jika tidak pernah, maka saya akan
mendukung anda juga untuk marah. Tapi jika kita pernah berbuat khilaf dan salah
maka sebaiknya memaafkan adalah jalan yang terbaik untuk kehidupan rohaniah
kita. Jangan menghakimi dengan pikiran dan perbuatan kita, masih ingat ketika
seorang perempuan perjinah yang akan dilempari dengan batu oleh orang-orang
farisi?. Saat itu Tuhan Yesus hanya berkata: Jika ada diantara kamu yang tidak
pernah berbut dosa hendaklah dia yang pertama melemparinya dengan batau. Jadi
jika kehidupan rohani kita tidak dinodai oleh perbuatan salah dan khilaf,
hendaklah dia yang pertama dan dipantaskan
untuk marah. Tetapi jika tidak, hendaklah kita memaafkan karena dosa kita sudah
terlebih dahulu diampuni dan dimaafkan oleh Tuhan Yesus Juru Selamat kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar